Sunday, February 19, 2012

Fuel Reserves

PERSAINGAN  AMERIKA SERIKAT vs CINA
DAN KELANGKAAN MINYAK BUMI


Energi  merupakan kebutuhan utama untuk pembangunan ekonomi suatu negara.    Tanpa pasokan energi yang memadai, kegiatan industri dan transportasi dapat terganggu dan kelangsungan ekonomi suatu negara dapat terhambat.  Sumber daya untuk memenuhi kebutuhan energi (energy demand) sampai saat ini terutama dari energi tak terbarukan (unrenewable) seperti minyak bumi, gas dan batu bara, disusul energi terbarukan seperti listrik, nuklir, angin dan sinar matahari.    Menurut World Economic Review 2007, konsumsi energi minyak bumi masih menjadi primadona sumber energi untuk pembangunan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan yang  pesat, yaitu rata-rata 1,2 % per tahun.     

  Kemajuan ekonomi suatu negara memberikan konsekuensi terhadap tingginya konsumsi energi minyak bumi.   Dua negara yang membuktikan keterkaitan antara perkembangan ekonomi dengan konsumsi minyak adalah Amerika Serikat dan Cina.  Amerika Serikat, yang sejak tumbangnya Uni Soviet pada awal 1990-an dipandang sebagai kekuatan tunggal (hyperpower) dalam bidang  ekonomi,  politik maupun militer saat ini merupakan negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia.   Sedangkan Cina, yang merupakan kekuatan baru ekonomi dunia dengan pertumbuhan  ekonomi yang sangat pesat, merupakan negara dengan pertumbuhan konsumsi minyak tercepat di dunia.  


Berbanding terbalik dengan konsumsinya yang terus meningkat, produksi minyak dunia semakin lama semakin menurun.  Penyebabnya adalah fakta bahwa minyak bumi merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) yang cadangannya akan semakin langka.  Kelangkaan minyak bumi menimbulkan terjadinya persaingan antar negara dalam dalam menjamin pasokan minyak dari negara sumber minyak serta menguasai cadangan yang tersisa.   Persaingan energi antara dua negara kuat seperti Amerika Serikat dan Cina, tidak hanya berdampak terhadap perekonomian dunia namun dapat pula berpengaruh terhadap bidang politik dan keamanan global.





Gambar 1.      Negara-negara  pengguna minyak terbesar dunia tahun 1960-2006

Konsumsi Minyak Terbesar Dunia
Amerika Serikat, walaupun dilanda beberapa kali resesi, hingga saat ini  masih merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia.   Berdasarkan data dari Central Intellegence Agency (2010),  GDP (Gross Domestics Product) Amerika Serikat merupakan yang tertinggi,  yaitu rata-rata sebesar USD 14,7 Trilliun dengan income perkapita sebesar USD 47.200.   Angka tersebut menggambarkan bahwa Amerika Serikat merupakan negara kaya dengan standar kehidupan masyarakatnya yang tinggi.  Kemajuan ekonomi Amerika Serikat terutama disokong oleh sektor-sektor antara lain; jasa,  industri, pertanian dan pertambangan.





Gambar 2.   GDP Amerika Serikat dari tahun 1950 hingga 2010.

Sebagai sebuah raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat membutuhkan energi yang sangat besar untuk menggerakkan sektor industri dan transportasi.    Sumber energi yang digunakan oleh Amerika Serikat antara lain minyak bumi, gas alam dan batu bara (unrenewable), disamping sumber energi terbarukan (renewable) seperti energi sinar matahari, angin dan nuklir.    Minyak bumi bagi Amerika Serikat masih merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan energi, yaitu mencapai  40 % dari total kebutuhan.





Gambar 2.  Konsumsi Minyak bumi (liquids) masih yang paling utama bagi Amerika

Disamping untuk menjalankan roda ekonomi,  minyak di Amerika Serikat juga digunakan untuk mengoperasikan kekuatan militernya yang besar dan modern.    Militer Amerika Serikat merupakan organisasi yang konsumsi minyaknya paling besar di dunia, yaitu sekitar 300.000 BOPD atau hampir setara dengan total kebutuhan minyak negara Swedia.     Berdasarkan data Defense Energy Support Center, US Air Force menggunakan hampir 53 %  minyak dan produk-produknya khususnya untuk operasional pesawat-pesawat jet tempur canggih yang jumlahnya sangat besar.     Sementara itu, US Navy menggunakan minyak sebesar 32 %, disusul US Army sebesar 12 %.    Kebutuhan minyak akan membengkak manakala terdapat operasi-operasi militer berskala besar, seperti Perang Teluk dan perang melawan terorisme di  Afganistan.


Gambar 4.  Tren  produksi, konsumsi dan import Amerika Serikat tahun 1949-2010

Berdasarkan data dari US Energy Information Administration (EIA), produksi minyak dalam negeri Amerika Serikat berupa crude oil dan produk lain merupakan ketiga terbesar di dunia, yaitu mencapai 9,7 juta BOPD (Barrels Oil per Day).    Namun di sisi lain konsumsi minyak Amerika Serikat mencapai dua kali kelipatan angka produksinya, yaitu sekitar 19,1  juta BOPD dan merupakan yang terbesar di dunia.    Oleh karena itu, untuk memenuhi kekurangan pasokan, sekitar 49 % (9,4 juta BOPD), Amerika Serikat harus mengiimpor minyak dari luar negeri, terutama dari Canada (25%), Saudi Arabia (12%), nigeria (11%), Venezuela (10%) dan Mexico (9%).  Dalam kurun waktu 30 tahun ke depan, ketergantungan Amerika Serikat terhadap impor minyak dari negara lain kemungkinan akan tetap tinggi karena produksi dalam negeri yang cenderung menurun, disamping prediksi masa depan yang masih menempatkan minyak sebagai sumber utama energi di negara tersebut.


Untuk menjamin stabilitas pasokan minyak, Amerika Serikat berusaha menanamkan pengaruh ekonomi, politik dan militernya di negara-negara penghasil minyak dunia.    Perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat seperti Chevron, ConocoPhilips, Shell, ExxonMobil dan BP bersaing untuk menguasai ladang-ladang minyak di negara-negara berkembang dan negara yang cadangan minyaknya besar.  Beberapa pengamat menyatakan bahwa pendekatan secara politik dan militer di berbagai misi dan operasi oleh Amerika Serikat juga dimaksudkan untuk mengamankan kepentingan nasionalnya dalam menjamin stabilitas pasokan  dari negara sumber minyak.

Pertumbuhan  Konsumsi  Minyak Tertinggi Dunia
Cina adalah negara yang perkembangan ekonominya sangat fenomenal dalam beberapa dekade terakhir ini.  Sejak bergulirnya reformasi  pasar bebas (free market reform) pada tahun 1979, Cina telah berhasil mengubah tingkat ekonomi yang semula stagnan dengan berstandar hidup rendah menjadi raksasa ekonomi dengan pertumbuhan yang eksponensial.  GDP Cina, sejak dibukanya kran perdagangan dan investasi, telah meningkat dengan rata-rata per tahun 9,7 % dalam jangka waktu kurang dari 30 tahun atau sekitar 11 kali lebih besar dari sejak reformasi digulirkan.  




  Gambar 5.   Pertumbuhan GDP Cina meningkat secara eksponensial

Beberapa pengamat ekonomi menyatakan bahwa tingkat ekonomi Cina akan setara bahkan lebih dari ekonomi Amerika Serikat pada sekitar tahun 2016.     Namun konsekuensi dari perkembangan ekonomi  Cina yang pesat adalah meningkatnya kebutuhan  energi yang salah satunya bersumber dari minyak bumi.    Pertumbuhan konsumsi minyak Cina saat ini  adalah yang  tercepat di dunia (sekitar 16 %) dan merupakan 8,5 % dari konsumsi minyak dunia.    Pada tahun 1999  Cina hanya menggunakan  4,36 juta BOPD, kemudian meningkat menjadi 4,7 juta BOPD di tahun 2000 dan menjadi 6,5 juta BOPD pada tahun 2004.   Pada tahun 2020 konsumsinya diprediksi akan membengkak menjadi sekitar 18,5 juta BOPD atau hampir setara dengan kebutuhan minyak Amerika Serikat saat ini. 



Gambar 6.    Prediksi konsumsi minyak Amerika Serikat dan Cina hingga 2020.

Cina lebih mengedepankan penggunaan Soft Power berupa bantuan ekonomi dan diplomasi untuk menanamkan pengaruhnya, terutama di  negara-negara Afrika dan ASEAN (Pikiran  Rakyat, 23 November 2011).     Dengan cara ini, Cina lebih mudah diterima oleh negara-negara Afrika yang relatif miskin dan belum stabil secara ekonomi dan politik.   Di negara-negara ASEAN, Cina melakukan penetrasi melalui perdagangan dan industri dengan volume yang signifikan.   Cina dikenal mampu beradaptasi dan mengembangkan dengan berbagai jenis industri dari yang canggih seperti pesawat tempur dan Information Technology (IT) hingga jarum jahit yang berukuran sangat kecil.   Bagi Cina,  Afrika dan ASEAN memiliki nilai sangat strategis, karena umumnya negara-negara tersebut masih memiliki sumber daya alam yang kaya.  Secara geopolitik, Cina diprediksi akan menjadi  negara yang paling berpengaruh di Asia dan bahkan di dunia dalam beberapa tahun ke depan.

Persaingan antara Amerika Serikat dan Cina
Sejak berakhirnya perang dingin,  Amerika Serikat menjadi sangat dominan di bidang politik, ekonomi, budaya dan kekuatan pertahanan, namun munculnya Cina dari kawasan Asia sebagai kekuatan ekonomi baru memberikan balance sekaligus suatu ancaman serius bagi Amerika Serikat. Kemajuan ekonomi Cina memberi dampak internal berupa meningkatnya anggaran belanja pertahanan untuk mendukung modernisasi militer.   Cina bahkan secara mandiri mampu mengembangkan alat utama sistem senjata berupa pesawat-pesawat tempur canggih, peluru kendali dan kapal induk bahkan membangun stasiun luar angkasa untuk melindungi kepentingan-kepentingan nasionalnya.  Pesatnya kemajuan ekonomi dan militer Cina memunculkan persaingan,  kewaspadaan dan kecurigaan dari negara-negara lain, terutama Amerika Serikat dan mengakibatkan munculnya gesekan-gesekan kepentingan yang bisa mengarah kepada terjadinya perang dingin edisi kedua.    Insiden penempatan pasukan marinir Amerika Serikat di Darwin Australia pada saat pelaksanaan KTT ASEAN ke-19 di Nusa Dua Bali tanggal 17 November 2011 dipandang oleh beberapa pengamat militer sebagai upaya Amerika Serikat untuk memperluas pengaruh di Asia Pasifik, sekaligus memberikan warning dan  membatasi pengaruh Cina serta sebagai bukti nyata adanya gesekan-gesekan kepentingan antara dua negara tersebut.


Salah satu potensi permasalahan yang menjadi penyebab munculnya gesekan antar negara di masa depan adalah adanya persaingan energi akibat dari kelangkaan cadangan minyak bumi.   Walaupun minyak bukanlah satu-satunya sumber energi untuk menyokong perekonomian, namun sumber energi ini diperdiksi masih menjadi sumber utama dalam kurun waktu 30 tahun ke depan.   Untuk itu,  Amerika Serikat dan Cina ditenggarai mempunyai kebijakan Energy Security untuk  mengamankan akses pasokan minyak dari negara-negara utama penghasil minyak.  Negara-negara yang akan merasakan dampak dari persaingan antara Amerika Serikat dan Cina adalah negara-negara berkembang yang masih memiliki cadangan minyaknya masih cukup besar.

Think Globally Act Locally
Memahami perkembangan lingkungan global yang berkaitan dengan persaingan energi antar negara, khususnya Amerika Serikat dan Cina, memberikan gambaran betapa minyak sangat penting peranannya dalam kemajuan ekonomi dan kelangsungan hidup suatu bangsa.   Oleh karena itu, upaya-upaya dalam memanfaatkan secara optimal dan terukur terhadap sumber daya minyak yang ada agar ditingkatkan diiringi upaya pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan (eco friendly) dan dapat diperbaharui (renewable).  Disamping itu, sebagai negara berkembang yang berada dalam jangkauan pengaruh dari kedua negara tersebut, Indonesia harus dapat bersikap waspada dalam bertindak agar tidak terbawa oleh arus yang tidak menguntungkan. 


Dalam lingkup yang lebih sempit lagi, diharapkan pemahaman terhadap fakta bahwa minyak adalah sumber daya alam yang terbatas yang suatu saat akan habis,  dapat membangun kesadaran akan pentingnya bersikap bijak dalam mengelola dan menggunakan minyak.  Tindakan nyata yang dapat dilakukan antara lain dengan cara meningkatkan efektifitas penggunaan dan penghematan BBM dalam kehidupan-sehari-hari. Hal lain yang sangat mendasar adalah perbaikan dalam kebijakan dan regulasi penggunaan BBM yang harus terus dijalankan dengan tetap mencermati perkembangan lingkungan startegis.  Kalimat yang tepat untuk menggambarkan sikap tersebut adalah Think Globally Act Locally, memahami secara global dan melakukan tindakan nyata secara lokal untuk mencapai kondisi yang lebih baik.  (*Dari berbagai sumber/Irwansyah*)



No comments:

Post a Comment

If you wanna give a comment, write it in here ....

Note: only a member of this blog may post a comment.