PERSAINGAN AMERIKA SERIKAT vs CINA
DAN KELANGKAAN MINYAK BUMI
Energi merupakan kebutuhan utama untuk pembangunan
ekonomi suatu negara. Tanpa pasokan
energi yang memadai, kegiatan industri dan transportasi dapat terganggu dan
kelangsungan ekonomi suatu negara dapat terhambat. Sumber daya untuk memenuhi kebutuhan energi (energy demand) sampai saat ini terutama
dari energi tak terbarukan (unrenewable) seperti minyak bumi, gas dan batu bara,
disusul energi terbarukan seperti listrik, nuklir, angin dan sinar matahari. Menurut World
Economic Review 2007, konsumsi energi minyak bumi masih menjadi primadona sumber
energi untuk pembangunan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan yang pesat, yaitu rata-rata 1,2 % per tahun.
Kemajuan ekonomi suatu negara memberikan
konsekuensi terhadap tingginya konsumsi energi minyak bumi. Dua negara yang membuktikan keterkaitan
antara perkembangan ekonomi dengan konsumsi minyak adalah Amerika Serikat dan
Cina. Amerika Serikat, yang sejak
tumbangnya Uni Soviet pada awal 1990-an dipandang sebagai kekuatan tunggal (hyperpower) dalam bidang ekonomi,
politik maupun militer saat ini merupakan negara dengan konsumsi minyak
terbesar di dunia. Sedangkan Cina, yang
merupakan kekuatan baru ekonomi dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, merupakan negara
dengan pertumbuhan konsumsi minyak tercepat di dunia.
Berbanding terbalik dengan konsumsinya yang terus meningkat, produksi minyak dunia semakin lama semakin menurun. Penyebabnya adalah fakta bahwa minyak bumi merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) yang cadangannya akan semakin langka. Kelangkaan minyak bumi menimbulkan terjadinya persaingan antar negara dalam dalam menjamin pasokan minyak dari negara sumber minyak serta menguasai cadangan yang tersisa. Persaingan energi antara dua negara kuat seperti Amerika Serikat dan Cina, tidak hanya berdampak terhadap perekonomian dunia namun dapat pula berpengaruh terhadap bidang politik dan keamanan global.
Gambar 1. Negara-negara pengguna minyak terbesar dunia tahun
1960-2006
Konsumsi Minyak Terbesar Dunia
Amerika
Serikat, walaupun dilanda beberapa kali resesi, hingga saat ini masih merupakan negara dengan ekonomi terbesar
di dunia. Berdasarkan data dari Central Intellegence Agency (2010), GDP (Gross Domestics Product) Amerika Serikat merupakan yang tertinggi, yaitu rata-rata sebesar USD 14,7 Trilliun dengan
income perkapita sebesar USD 47.200. Angka
tersebut menggambarkan bahwa Amerika Serikat merupakan negara kaya dengan
standar kehidupan masyarakatnya yang tinggi.
Kemajuan ekonomi Amerika Serikat terutama disokong oleh sektor-sektor
antara lain; jasa, industri, pertanian
dan pertambangan.
Gambar 2. GDP
Amerika Serikat dari tahun 1950 hingga 2010.
Sebagai
sebuah raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat membutuhkan energi yang sangat
besar untuk menggerakkan sektor industri dan transportasi. Sumber energi yang digunakan oleh Amerika
Serikat antara lain minyak bumi, gas alam dan batu bara (unrenewable), disamping sumber energi terbarukan (renewable) seperti energi sinar
matahari, angin dan nuklir. Minyak bumi
bagi Amerika Serikat masih merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan
energi, yaitu mencapai 40 % dari total
kebutuhan.
Gambar 2. Konsumsi Minyak bumi (liquids) masih yang paling utama bagi
Amerika
Disamping
untuk menjalankan roda ekonomi, minyak
di Amerika Serikat juga digunakan untuk mengoperasikan kekuatan militernya yang
besar dan modern. Militer Amerika
Serikat merupakan organisasi yang konsumsi minyaknya paling besar di dunia,
yaitu sekitar 300.000 BOPD atau hampir setara dengan total kebutuhan minyak
negara Swedia. Berdasarkan data Defense Energy Support Center, US Air Force menggunakan hampir 53 % minyak dan produk-produknya khususnya untuk
operasional pesawat-pesawat jet tempur canggih yang jumlahnya sangat
besar. Sementara itu, US Navy menggunakan minyak sebesar 32 %,
disusul US Army sebesar 12 %. Kebutuhan minyak akan membengkak manakala
terdapat operasi-operasi militer berskala besar, seperti Perang Teluk dan
perang melawan terorisme di Afganistan.
Gambar 4. Tren produksi, konsumsi dan import Amerika Serikat tahun
1949-2010
Berdasarkan
data dari US Energy Information Administration
(EIA), produksi minyak dalam negeri Amerika Serikat berupa crude oil dan produk lain merupakan
ketiga terbesar di dunia, yaitu mencapai 9,7 juta BOPD (Barrels Oil per Day). Namun di sisi lain konsumsi minyak Amerika
Serikat mencapai dua kali kelipatan angka produksinya, yaitu sekitar 19,1 juta BOPD dan merupakan yang terbesar di dunia. Oleh karena itu, untuk memenuhi kekurangan
pasokan, sekitar 49 % (9,4 juta BOPD), Amerika Serikat harus mengiimpor minyak dari
luar negeri, terutama dari Canada (25%), Saudi Arabia (12%), nigeria (11%),
Venezuela (10%) dan Mexico (9%). Dalam
kurun waktu 30 tahun ke depan, ketergantungan Amerika Serikat terhadap impor
minyak dari negara lain kemungkinan akan tetap tinggi karena produksi dalam
negeri yang cenderung menurun, disamping prediksi masa depan yang masih
menempatkan minyak sebagai sumber utama energi di negara tersebut.
Untuk menjamin stabilitas pasokan minyak, Amerika Serikat berusaha menanamkan pengaruh ekonomi, politik dan militernya di negara-negara penghasil minyak dunia. Perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat seperti Chevron, ConocoPhilips, Shell, ExxonMobil dan BP bersaing untuk menguasai ladang-ladang minyak di negara-negara berkembang dan negara yang cadangan minyaknya besar. Beberapa pengamat menyatakan bahwa pendekatan secara politik dan militer di berbagai misi dan operasi oleh Amerika Serikat juga dimaksudkan untuk mengamankan kepentingan nasionalnya dalam menjamin stabilitas pasokan dari negara sumber minyak.
Pertumbuhan Konsumsi Minyak Tertinggi Dunia
Cina
adalah negara yang perkembangan ekonominya sangat fenomenal dalam beberapa
dekade terakhir ini. Sejak bergulirnya
reformasi pasar bebas (free market reform) pada tahun 1979, Cina
telah berhasil mengubah tingkat ekonomi yang semula stagnan dengan berstandar
hidup rendah menjadi raksasa ekonomi dengan pertumbuhan yang eksponensial. GDP Cina, sejak dibukanya kran perdagangan
dan investasi, telah meningkat dengan rata-rata per tahun 9,7 % dalam jangka
waktu kurang dari 30 tahun atau sekitar 11 kali lebih besar dari sejak
reformasi digulirkan.
Gambar 5. Pertumbuhan GDP Cina meningkat secara eksponensial
Gambar 5. Pertumbuhan GDP Cina meningkat secara eksponensial
Beberapa pengamat ekonomi menyatakan bahwa tingkat
ekonomi Cina akan setara bahkan lebih dari ekonomi Amerika Serikat pada sekitar
tahun 2016. Namun konsekuensi dari
perkembangan ekonomi Cina yang pesat
adalah meningkatnya kebutuhan energi
yang salah satunya bersumber dari minyak bumi.
Pertumbuhan konsumsi minyak Cina
saat ini adalah yang tercepat di dunia (sekitar 16 %) dan
merupakan 8,5 % dari konsumsi minyak dunia.
Pada tahun 1999 Cina hanya
menggunakan 4,36 juta BOPD, kemudian
meningkat menjadi 4,7 juta BOPD di tahun 2000 dan menjadi 6,5 juta BOPD pada
tahun 2004. Pada tahun 2020 konsumsinya
diprediksi akan membengkak menjadi sekitar 18,5 juta BOPD atau hampir setara
dengan kebutuhan minyak Amerika Serikat saat ini.
Gambar
6. Prediksi konsumsi minyak Amerika
Serikat dan Cina hingga 2020.
Cina
lebih mengedepankan penggunaan Soft Power
berupa bantuan ekonomi dan diplomasi untuk menanamkan pengaruhnya, terutama di negara-negara Afrika dan ASEAN (Pikiran
Rakyat, 23 November 2011).
Dengan cara ini, Cina lebih mudah diterima oleh negara-negara Afrika
yang relatif miskin dan belum stabil secara ekonomi dan politik. Di negara-negara ASEAN, Cina melakukan
penetrasi melalui perdagangan dan industri dengan volume yang signifikan. Cina dikenal mampu beradaptasi dan mengembangkan
dengan berbagai jenis industri dari yang canggih seperti pesawat tempur dan Information Technology (IT) hingga jarum
jahit yang berukuran sangat kecil. Bagi
Cina, Afrika dan ASEAN memiliki nilai sangat
strategis, karena umumnya negara-negara tersebut masih memiliki sumber daya
alam yang kaya. Secara geopolitik, Cina
diprediksi akan menjadi negara yang
paling berpengaruh di Asia dan bahkan di dunia dalam beberapa tahun ke depan.
Persaingan antara Amerika Serikat dan Cina
Sejak berakhirnya
perang dingin, Amerika Serikat menjadi
sangat dominan di bidang politik, ekonomi, budaya dan kekuatan pertahanan, namun
munculnya Cina dari kawasan Asia sebagai kekuatan ekonomi baru memberikan balance sekaligus suatu ancaman serius
bagi Amerika Serikat. Kemajuan ekonomi Cina memberi dampak internal berupa
meningkatnya anggaran belanja pertahanan untuk mendukung modernisasi
militer. Cina bahkan secara mandiri
mampu mengembangkan alat utama sistem senjata berupa pesawat-pesawat tempur
canggih, peluru kendali dan kapal induk bahkan membangun stasiun luar angkasa
untuk melindungi kepentingan-kepentingan nasionalnya. Pesatnya kemajuan ekonomi dan militer Cina
memunculkan persaingan, kewaspadaan dan
kecurigaan dari negara-negara lain, terutama Amerika Serikat dan mengakibatkan
munculnya gesekan-gesekan kepentingan yang bisa mengarah kepada terjadinya perang
dingin edisi kedua. Insiden penempatan pasukan marinir Amerika
Serikat di Darwin Australia pada saat pelaksanaan KTT ASEAN ke-19 di Nusa Dua
Bali tanggal 17 November 2011 dipandang oleh beberapa pengamat militer sebagai
upaya Amerika Serikat untuk memperluas pengaruh di Asia Pasifik, sekaligus
memberikan warning dan membatasi pengaruh Cina serta sebagai bukti
nyata adanya gesekan-gesekan kepentingan antara dua negara tersebut.
Salah satu potensi permasalahan yang menjadi penyebab munculnya gesekan antar negara di masa depan adalah adanya persaingan energi akibat dari kelangkaan cadangan minyak bumi. Walaupun minyak bukanlah satu-satunya sumber energi untuk menyokong perekonomian, namun sumber energi ini diperdiksi masih menjadi sumber utama dalam kurun waktu 30 tahun ke depan. Untuk itu, Amerika Serikat dan Cina ditenggarai mempunyai kebijakan Energy Security untuk mengamankan akses pasokan minyak dari negara-negara utama penghasil minyak. Negara-negara yang akan merasakan dampak dari persaingan antara Amerika Serikat dan Cina adalah negara-negara berkembang yang masih memiliki cadangan minyaknya masih cukup besar.
Think Globally Act Locally
Memahami perkembangan lingkungan
global yang berkaitan dengan persaingan energi antar negara, khususnya Amerika
Serikat dan Cina, memberikan gambaran betapa minyak sangat penting peranannya
dalam kemajuan ekonomi dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Oleh
karena itu, upaya-upaya dalam memanfaatkan secara optimal dan terukur terhadap
sumber daya minyak yang ada agar ditingkatkan diiringi upaya pengembangan
energi alternatif yang ramah lingkungan (eco
friendly) dan dapat diperbaharui (renewable).
Disamping itu, sebagai negara berkembang
yang berada dalam jangkauan pengaruh dari kedua negara tersebut, Indonesia
harus dapat bersikap waspada dalam bertindak agar tidak terbawa oleh arus yang
tidak menguntungkan.
Dalam lingkup yang lebih sempit lagi, diharapkan pemahaman terhadap fakta bahwa minyak adalah sumber daya alam yang terbatas yang suatu saat akan habis, dapat membangun kesadaran akan pentingnya bersikap bijak dalam mengelola dan menggunakan minyak. Tindakan nyata yang dapat dilakukan antara lain dengan cara meningkatkan efektifitas penggunaan dan penghematan BBM dalam kehidupan-sehari-hari. Hal lain yang sangat mendasar adalah perbaikan dalam kebijakan dan regulasi penggunaan BBM yang harus terus dijalankan dengan tetap mencermati perkembangan lingkungan startegis. Kalimat yang tepat untuk menggambarkan sikap tersebut adalah Think Globally Act Locally, memahami secara global dan melakukan tindakan nyata secara lokal untuk mencapai kondisi yang lebih baik. (*Dari berbagai sumber/Irwansyah*)
No comments:
Post a Comment
If you wanna give a comment, write it in here ....
Note: only a member of this blog may post a comment.