Wednesday, February 01, 2012

Sumber Daya Minyak, Benarkah Terbatas?

Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting saat ini yang menjadi salah satu pilar utama pembangunan ekonomi di hampir semua negara di dunia. Penemuan dan pemanfaatan minyak bumi berkembang sejak awal abad ke-20 seiring dengan ditemukannya mesin-mesin produksi dan kendaraan yang mengakibatkan terjadinya revolusi industri. Dewasa ini, white produk minyak bumi seperti premium, solar, minyak tanah dan avtur masih merupakan kebutuhan utama dunia. Satu hal yang perlu disadari bahwa minyak bumi adalah sumber daya yang tak terbarukan (unrenewable) dan bersifat given sehingga suatu saat pasti akan habis. Bayangkan jika minyak bumi ludes di seluruh muka bumi, maka akan berakibat pada mandeknya kegiatan produksi, ekonomi akan mengalami chaos dan negara-negara kuat akan saling berlomba memperebutkan sisa deposit minyak yang ada, sehingga kemungkinan kolonialisme dan perang dunia akan kembali terulang. Bukankah salah satu pendorong utama terjadinya imperialisme adalah karena pencarian dan perebutan sumber daya alam? 


Saat ini minyak bumi sudah semakin terbatas jumlahnya. Krisis minyak dunia yang menyebabkan melambungnya harga minyak bumi merupakan salah satu indikasinya. Menurut statistik dapat diketahui dengan jelas bahwa produksi minyak bumi dunia dari tahun ke tahun semakin menurun. Dilain pihak konsumsi dunia terhadap minyak bumi terus bertambah, sehingga terjadi defisit. Dari tabel di bawah dapat terlihat bahwa dari tahun 1980 hingga tahun 2006, produksi crude oil (minyak mentah) tidak pernah melebihi konsumsinya dan cenderung semakin berkurang setiap tahunnya.


 Indonesia pernah mengalami masa keemasan sejak tahun 1980-an dimana produksi minyak mentah rata-rata melebihi 1,4 juta BOPD (Barrels oil per day) dan ekspor migas merupakan primadona bagi income / pendapatan negara. Namun sejak krisis minyak dunia yang diikuti dengan krisis multidimensional pada tahun 1998, produksi dan ekspor migas Indonesia secara drastis menurun dan menyisakan permasalahan-permasalahan di bidang ekonomi dan politik dalam negeri. 

Saat ini kapasitas atau kemampuan olah minyak mentah (crude oil) di kilang-kilang Indonesia adalah sebesar rata-rata 1 juta BOPD. Namun hanya 60 % (600.000 BOPD) saja minyak mentah yang dihasilkan dari dalam negeri, sedangkan sisanya sebanyak 400.000 BOPD harus diimport dari luar negeri untuk menjaga agar seluruh kapasitas pengolahan dapat beroperasi. Sementara itu, konsumsi rata-rata white produk, seperti premium, solar, kero dan avtur) rata-rata sebesar 1,3-1,4 juta BOPD, sehingga sisa kebutuhan harus juga diimport dari luar negeri.  

Krisis Minyak dan Hubbert’s Peak 
Fakta bahwa minyak bumi sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan akan habis dalam waktu tertentu tidak dapat dihindari. Pada saat produksi minyak dunia mencapai puncaknya, maka jalan menuju krisis energi resmi dimulai. Prediksi tentang kapan puncak produksi terjadi penting diketahui oleh sebuah perusahaan minyak, negara bahkan dunia, agar antisipasi terhadap krisis dapat dilakukan secara dini. Seorang geofisikawan, M. King Hubbert membuat metode analisa yang ikenal dengan Hubbert’s Peak, untuk mengetahui kapan puncak produksi minyak terjadi. Hubbert memperkirakan bahwa produksi minyak dari suatu reservoir mula-mula akan naik hingga mencapai puncaknya sebanyak 50 %, kemudian sisa 50% lagi akan turun sebagai kebalikan dari trend sebelumnya sampai kandungan minyaknya benar-benar habis. Pada tahun 1956 Hubbert pernah memprediksi bahwa puncak produksi minyak di Amerika Serikat terjadi pada tahun 1970 dan puncak produksi dunia pada tahun 1995-2000. Namun ketepatan prediksi Hubbert bisa saja meleset beberapa tahun ke depan, jika terjadi penundaan produksi akibat dari kejadian-kejadian tak terduga seperti krisis moneter, perang dan resesi ekonomi.
 

Prediksi Cadangan Minyak Indonesia 
Berdasarkan data dari kegiatan perminyakan yang telah dan sedang berjalan di Indonesia, puncak produksi minyak (Hubbert’s Peak) di Indonesia terjadi sekitar tahun 1977 dengan produksi sebanyak 1,65 juta barrel per hari. Setelah tahun 1977 produksi minyak cenderung menurun dengan fluktuasi antara 1,25-1,35 juta barrel per hari. Bahkan sejak tahun 2004, produksi terjerembab di bawah 1 juta barrel per hari. 

Berapakah cadangan minyak bumi Indonesia saat ini? Menurut data dari Bappenas, cadangan minyak mentah Indonesia saat ini hanya sebesar 8,2 miliar barrel. Dengan data kapasitas pengolahan crude oil sebesar 1 juta barrels per day, maka dapat diperoleh tingkat produksi maksimal pertahun sebesar 1 x 365 barrel/tahun, sehingga cadangan yang ada akan habis dalam waktu (8.200.000.000 / 365.000.000) = 22,4 tahun. Angka tersebut diperoleh dengan asumsi tidak ditemukan sumur-sumur minyak baru di Indonesia yang secara signifikan dapat meningkatkan/mempertahankan produktivitas. Saat ini sumur-sumur minyak di Indonesia sebagian besar (70%) sudah kurang produktif dan kegiatan eksplorasi sumber baru sangat minim dikarenakan mahalnya biaya dan terbatasnya skill yang dimiliki.  

Keaanggotaan Indonesia dalam OPEC 
Kebenaran analisa dengan menggunakan Hubbert Peak untuk produksi minyak di Indonesia dapat terbukti dari menurunnya produksi minyak sejak tahun 1970-an. Akibatnya juga dapat dilihat pada keanggotaan Indonesia dalam OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), yaitu organisasi negara penghasil minyak bumi. Indonesia masuk sebagai anggota OPEC sejak Desember 1962 pada saat produksi minyak sedang menuju puncaknya dengan kewajiban membayar sekitar USD 2 juta untuk keaggotaan tahunan. Namun sejak tahun 2002, Indonesia sudah tidak mampu memenuhi kuota produksi minyak yang ditetapkan OPEC, bahkan sejak tahun 2006 Indonesia yang semula sebagai pengekspor terpaksa menjadi net importer. Kondisi tersebut memaksa Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC pada Mei 2008 dan bertahan sebagai importer untuk memenuhi sekitar 40% kebutuhan minyak domestik hingga sekarang.  

Cadangan Baru dan Energy Alternatif 
Penelitian terhadap cadangan minyak bumi di wilayah Indonesia sampai saat ini masih dilaksanakan guna meningkatkan produksi minyak bumi dan memenuhi kebutuhan domestik. Menurut hasil penelitian, ada beberapa wilayah di Indonesia yang diduga mempunyai cadangan minyak bumi dan gas yang cukup besar, seperti di Aceh Barat dan Banyu Urip Cepu. Sebagai contoh, menurut BPPT yang melakukan survey geologi dan geofisika kelautan, di Aceh Barat diduga mengandung cadangan migas dengan volume maksimal sebesar 321 milliar barrel dengan cadangan minyaknya diperkiran sebesar 53 milliar barrel. Jika data dari penelitian geologi dan seismik tersebut terbukti (proven), maka akan dapat memberikan income kepada negara dengan jumlah yang cukup significan. 

Disamping terus berupaya melakukan pencarian cadangan minyak bumi, upaya mencari energi alternatif juga perlu dilakukan guna mengantisipasi krisis energi. Salah satu sumber energi selain minyak bumi adalah gas alam yang menurut data dari Bapennas masih dapat dimanfaatkan hingga 62 tahun ke depan (2072). Sedangkan berdasarkan analisa dengan menggunakan Hubbert Peak, produksi gas alam Indonesia masih belum mencapai puncaknya dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari grafik di bawah dapat diketahui bahwa puncak produksi gas akan dicapai sekitar tahun 2030, yang artinya sumber daya gas alam masih sangat menjanjikan sebagai sumber energi masa depan di Indonesia.


Dengan adanya keterbatasan sumber daya yang berasal dari fossil (fossil fuels) seperti minyak, gas, batubara dan panas bumi, maka saat ini dunia sedang beralih kepada pencarian sumber energi alternatif berupa pemanfaatan sumber daya energi yang terbarukan (renewable), seperti energi matahari, angin, air dan bioenergi. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian ESDM tahun 2010, Indonesia mempunyai potensi daya tenaga air 75.760 MW atau setara dengan 845 juta barel minyak. Sedangkan energi panas bumi di Indonesia yang merupakan 40% cadangan dunia tersedia sebesar 28.0000 MW atau setara dengan 219 juta barel minyak serta potensi energi biomassa sebesar 49.810 MW dan minihidro sebesar 450 MW. Namun sampai saat ini penelitian dan pengembangan energi alternatif masih memerlukan perhatian dari pemerintah untuk bisa dikembangkan dan digunakan secara luas di Indonesia.  

Enegy Awareness 
Pembangunan suatu bangsa dan negara tidak akan terlepas dari ketergantungan terhadap energi. Dengan adanya fakta bahwa sumber daya tak terbaharukan sangat terbatas terutama minyak bumi dan gas, maka perlu ditumbuhkan kesadaran tentang pentingnya kepedulian terhadap energi. Kondisi ini direspon dengan baik oleh pemerintah dengan menggulirkan beberapa program dan kebijaksanaan yang sadar energi. Salah satu program yang sedang berjalan adalah konversi minyak ke gas yang telah dimulai sejak 2007 lalu, walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kekurangan. Disamping itu ada pula kebijaksanaan penghematan BBM dan energi serta pengembangan bio energi yang dijalankan pemerintah guna menghadapi kemungkinan krisis energi. Oleh karena itu, guna kelanjutan pembangunan bangsa dan negara ini tidak ada pilihan lain bagi kita selain ikut mendukung program dan kebijaksanaan pemerintah. 
BBM memang merupakan energi penggerak kegiatan operasional, sehingga keberadaannya sangat penting bagi kelangsungan pelaksanaan tugas pokok. Walaupun dihadapkan dengan anggaran yang terbatas, diharapkan tugas-tugas operasional tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dengan tetap melaksanakan penghematan penggunaan BBM di setiap kegiatani. {Dari Berbagai Sumber/Irw}

No comments:

Post a Comment

If you wanna give a comment, write it in here ....

Note: only a member of this blog may post a comment.